Minggu, 05 Juli 2015

A. Kelarutan

Kelarutan suatu zat pada suhu tertentu didefinisikan sebagai konsentrasi zat terlarut (solut) yang larut dan berada dalam kesetimbangan dengan fase air. Kelarutan dihasilkan dari interaksi antara ion atau molekul zat terlarut (solut) dan pelarut (solvent). Interaksi antara solut dan solvent dalam peristiwa kelarutan melibatkan beberapa fungsi termodinamika seperti entalpi, energi bebas dan entropi. Menurut hukum termodinamika, larutan merupakan suatu proses termodinamika stabil (∆F = 0).
Pada suhu dan tekanan tertentu, kelarutan atau konsentrasi solut dalam larutan adalah konstan tetapi akan berubah dengan perubahan kondisi. Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan,pH larutan dan terbaginya zat terlarut. Istilah kelarutan suatu zat adalah suatu parameter yang menunjukkan 1 bagian bobot zat (solut) yang dapat larut dalam volume tertentu pelarut (solvent).
Istilah Kelarutan Bagian pelarut yang dibutuhkan untuk
1 bagian zat terlarut Istilah Kelarutan
Kurang dari 1 Sangat mudah larut 1-10, mudah larut 10-30, Larut 30-100, agak sukar larut 100-1000, sukar larut 1000-10000, sangat sukar larut Lebih dari 10000 praktis tidak larut.

SISTEM KLASIFIKASI BIOFARMASETIK
Sistem klasifikasi biofarmasetik diperkenalkan melalui sebuah metode untuk mengidentifikasi situasi yang mungkin mengikuti uji disolusi in vitro yang digunakan untuk memastikan bioekivalensi dalam ketidakhadiran studi bioekivalensi klinik secara nyata. Pada dasarnya pendekatan secara teori menyatakan, kelarutan dan permeabilitas intestinal diidentifikasi sebagai karakteristik pengobatan utama yang mengontrol absorpsi.

Teori ini mengklasifikasikan obat dalam empat kelompok secara garis besarnya sebagai berikut :
• Kasus 1 : Kelarutan tinggi --- permeabilitas tinggi
• Kasus 2 : Kelarutan rendah --- permeabilitas tinggi
• Kasus 3 : Kelarutan tinggi --- permeabilitas rendah
• Kasus 4 : Kelarutan rendah --- permeabilitas rendah

Tidak ada teori dasar untuk sistem klasifikasi biofarmasetik, pendekatan teori untuk model absorpsi dan disolusi dihadirkan dalam bab ini mempunyai batasan-batasan yang tidak bisa dipisahkan secara alami.yang menempatkan beberapa obat tertentu dalam salah satu kelompok Sistem Klasifikasi Biofarmasetik. Oleh karena itu, pendekatan yang dilakukan keduanya mempunyai daerah kepekaan yang lebih sedikit dan lebih besar untuk disolusi yang mempertimbangkan apakah disolusi in vitro dapat digunakan sebagai perwakilan untuk uji bioekivalensi. Seperti yang ditunjukkan dalam pertimbangan teoritis untuk Sistem Klasifikasi Biofarmasetik, daerah in vivo dimana disolusi dan absorpsi berlangsung mempunyai tingkat variabilitas yang tinggi. Di luar kemungkinan, batasan-batasan untuk kelompok Sistem Klasifikasi Biofarmasetik yang mungkin mempunyai kesalahan pada sisi konservasi berkaitan dengan ketidakpastian yang menyangkut perkiraan kelarutan dan permeabilitas dalam jalur Gastro Intestinal. Pertimbangan teori untuk Sistem Klasifikasi Biofarmasetik tidak secara jelas mengindikasi dimana batasan-batasan antara empat klasifikasi yang seharusnya. Penentuan Kelarutan Penentuan Kelarutan: -Menggunakan Profil pH-Kelarutan dari obat uji dalam media dengan pH antara 1-7,5 -Menggunakan Metode pengocokan dalam botol atau metode titrasi -Menggunakan Analisis dengan pengujian yang menunjukkan stabilitas yang sudah divalidasi Penentuan Permeabilitas Penentuan permeabilitas
A. Jumlah obat yang diabsorpsi dalam tubuh -Studi farmakokinetik -Studi bioavailibilitas absolu
B. Metode permeabilitas intestinal: -Penelitian perfusi intestinal pada manusia secara in vivo -Penelitian perfusi intestinal pada hewan coba secara in vivo atau in situ -Percobaan permeasi secara in vitro dengan jaringan usus manusia atau hewan -Percobaan permeasi melewati sel epitel monolayer secara in vitro

PERMEABILITAS MEMBRAN SEL
 Permeabilitas adalah suatu ukuran senyawa untuk melintasi/ menembus membran. Permeabilitas membran menentukan materi apa yang dapat masuk atau keluar sel. Permeabilitas dipengaruhi oleh:
1. Ukuran Pori
2. Jumlah
3. Tekanan/Konsentrasi diluar sel, konsentrasi diluar rendah sehingga dapat berdifusi.
Membran sel merupakan lapisan yang mengontrol keluar-masuknya zat antara lingkungan luar dan lingkuangan dalam sel. Memban sel memiliki permeabilitas yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: ukuran solut, kelarutan lemak, derajat ionisasi, pH, dan temperatur. Ukuran solut yang cenderung semakin besar, serta derajat ionisasi yang semakin tinggi menyebabkan kemampuan permeabilitas membran cenderung menurun, sedangkan pengaruh temperature dan pH yang tinggi membuat membran sel menjadi lebih mudah mengalami denaturasi. Struktur Membran Plasma Lipid Membran Komposisi: Fosfolipid, Kolestrol, Glikolipid Bersifat Ampifilik artinya, tiap molekul memiliki kutup yang sifatnya berbeda yaitu Hidrofobik dan Hidrofilik. Membran-Lipit Bilayer Senyawa membran:
1. Memiliki derajat ionisasi yang lemah/Elektrolit lemah.
2. Uuran partikel kecil
3. Memiiki kelarutan yang sesuai. Jika zat aktif yang berada dilambung bersifat asam lemah, maka yang akan terjadi adalah nilai ionisasinya rendah dan menyebabkan permeabilitas yang baik dan bagus, Sedangkan apabila suatu zat aktif berada di diusus dan bersifat asam lemah, maka yang akan terjadi adalah nilai ionisasinya tinggi dan menyebabkan permeabilitas tidak baik. Log P atau Koefisien partisi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi permeabilitas dan kelarutan, Jika Log P nya 0-3 maka permeabilitasnya baik pada senyawa yang bersifat hidrofilik dan lipofilik, Jika semakin negatif nilai Log P nya maka permeabilitasnya lebih cenderung ke sifat hidrofilik, dan apabila nilai Log P nya semakin positif maka, permeabilitas lebih cenderung ke lipofilik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar